Rabu, 28 April 2010

EKSISTENSI, EKSPERIMEN DAN INOVASI


Telah 3 tahun lamanya, seorang koki asal Spanyol memiliki sebuah restoran. Lalu setelah 3 tahun kemuaian dia menutup sementara restoran yang telah dibangunnya dengan  target penutupan selama 6 bulan.  Lalu seorang pebisnis yang juga secara kebetulan adalah seorang pelanggan restoran tersebut, datang kepadanya dan bertanya, “ Dari sudut pandang saya (bisnis), apakah bukan sebuah kebodohan kalau anda menutup restoran yang telah anda buka selama 3 tahun belakangan ini dengan kondisi, masih begitu banyaknya pelanggan yang datang dan merespon bahwa mereka adalah penyuka restoran ini (selama kurang lebih 6 bulan) ?” Pebisnis tersebut masih terheran-heran dengan apa yang dilakukan oleh koki tersebut. Sambil tersenyum koki tersebut menepuk bahu si pebisnis tersebut.

Lalu setelah 6 bulan kemudian (setelah penutupan restoran tersebut), si koki membuka restorannya kembali. Pada awal pembukaannya, memang masih tidak banyak pelanggan (baik yang dahulu maupun baru) yang datang ke restoran tersebut. Tapi selang beberapa bulan, secara cepat pelanggan baik baru maupun yang lama berdatangan. Lalu si pebisnis ini kembali datang ke restoran tersebut dan bertanya kabar tentang koki tersebut. Akan tetapi koki tersebut kembali tersenyum dan memintanya untuk duduk dan memesan makanan serta minuman terbih dahulu. Lalu si pebisnis ini melihat beberapa jenis masakan ‘baru’  dalam menu restoran tersebut dan mencoba memesannya. Setelah selesai menghabiskan makanan dan minuman yang dipesannya, si pebisnis ini tersenyum dan menghampiri si koki dan berkata,” Saya tidak mengerti pada awalnya, tapi setelah saya mengamati, mengumpulkan data lalu saya analisa, ternyata saya hanya bisa mengatakan anda bukan hanya koki luar biasa. Tapi anda juga adalah pebisnis yang luar biasa!”  Ternyata si pebisnis ini menangkap sebuah pembelajaran yakni si koki mengambil ‘waktu kosong’ bukan berarti dia vakum atau ‘mematikan’  kegiatan utamanya yakni sebagai peramu bahan makanan. Akan tetapi, ‘waktu kosong’ digunakan untuk si koki untuk meramu bahan-bahan makanan sehingga menghasilkan suatu masakan baru yang belum pernah ada sebelumnya.  Lalu si pebisnis bertanya kembali kepada si koki, “ Apakah yang anda dapatkan setelah anda mengambil keputusan itu ?” Lalu dengan pelan dan tenang si koki menjawab,” Pertama, saya mendapatkan pengetahuan baru. Kedua, hasil keuntungan saya membuka beberapa bulan ini, melebihi hasil dari keuntungan saya membuka selama 3 tahun yang terdahulu. Ketiga, para pelanggan merasa tidak bosan dan bahkan ‘lari’ dari restoran ini.” 
Pembelajaran yang dapat ditarik bagi seorang fotografer dan seniman adalah eksistensi (ketetapan), eksperimen (percobaan yang bersifat eksplorasi) dan inovasi  adalah bukti bahwa dia adalah seorang fotografer atau seniman sejati. Kadang dunia bisnis melihat dari sudut pandang yang ‘berbeda’, akan tetapi tidak selamanya, pribadi yang tidak hidup dalam dunia bisnis adalah bukan orang yang tidak eksis.
Maju fotografer Indonesia. Maju Indonesiaku

Rio Dwisandy